Jumat, 11 November 2016



Nama    :Agus Prasetyo
Kelas     :3D
Npm      :15410153
Prodi     :Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia
Manis dan Pahitnya Hidup
                Teks yang saya komentari disini adalah dari teman saya yang bernama Teguh,dengan judul artikel mengulas teater Jaka Tarub.
                Melihat anterian yang begitu banyak dalam sepanjang jalan menuju tempat pementasan teater, bertempatkan di gedung pusat lantai 7 Universitas PGRI semarang . Antrean yang panjang membuat para penonton agak kecewa dengan panitia penyelenggara teater tersebut. Karena jadwal yang di tentukan tidak sesuai dengan apa yang di tentukan sebelumnya oleh panitia pelaksana dalam pelaksanaan kegiatan di laksanakan oleh teater gema Universitas PGRI Semarang.
                Seharusnya keterlambatan tidak harus terjadi karena panitia bisa mengantisipasi dengan penataan ruang sebelum acara itu dimulai dan persiapan para pemain dalam berlatih dalam memainkan peran masing-masing tokoh. Tidak seharusnya penonton kecewa dengan adanya kemunduran waktu yang di tentukan  dalam pementasan  teater tersebut.
                Pendekoran ruangan yang sangat menarik membuat penonton sangat antusias dengan pementasan teater  dipentaskan dalam suatu panggung yang sangat sesuai dengan situasi dan  kondisi yang ada dalam tema dalam cerita dibawakan tersebut.
                Dalam opini yang diceritakan teman saya tersebut di jelaskan bahwa cerita jaka tarup itu sudah  tidak asing lagi bagi masyarakat, terutama pelajar. Dari alur cerita yang di jelaskan saya kurang setuju dengan pendapat penulis karena bisa jadi masyarakat maupun pelajar ada yang belum mengerti alur cerita Jaka Tarup. Hal ini saya sampaikan karena saya sadar bahwa ada dalam masyarakat yang memiliki budaya  membaca karena penyebaran dalam suatu cerita bisa bersifat tertulis namun ada juga ada yang bersifat mendengarkan.
                Dalam hal ini membuat kurangnya wawasan akan cerita cerita yang di bawakan dalam versi-versi tulis.sehingga wawasan yang sifatnya tertulis tidak dapat di terima para masyarakat maupun pelajar untuk mengetahui wawasan yang di publikasikan tertulis.
                Dalam pementasan teter Jaka Tarup ini,  diceritakan adanya intermeso atau dapat di artikan dengan suatu selingan hiburan dalam kegiatan di laksanakan. Apa yang dikatakan penulis bahwa intermeso yang di isi dengan perdebatan para  kandidat calon lurah dalam melakukan kampanye dalam pelaksanaan terdapat beberapa perdebatan antara kandidat calon lurah berupa kata-kata  lelucon semata, saya tidak setuju dengan adanya hiburan tersebut karena presepsi orang yang belum mengerti alur cerita dalam Jaka Tarup akan di anggap sebagai rangkaian cerita dalam cerita.
                Rangakaian cerita di jelaskan dalam sebuah rumah seorang perjaka yang bermimpi dengan seorang bidadari cantik yang datang dari khayangan yang turun ke bumi sewaktu bulan pernama.saya sendiri tidak percaya dengan mimpi yang di alami pemuda tersebut yang bernama Jaka Tarup,menurut saya mimpi  yang di alaminya tersebut terlalu berlebihan,dan sulit di pahami dari logika manusia.
                Dalam cerita yang diceritakan bahwa ada bidadari turun kebumi dengan jumlah 7 bidadari dari khayangan turun ke bumi dengan menggunakan slendang yang di pakai oleh masing-masing bidadari di waktu bulan purnama datang. Dengan sembunyi-sembunyi  Jaka Tarup mengetahui kejadian tersebut, di waktu kesibukan para bidadari tersebut mandi di sungai  Jaka menyusup  dan mencuri salah satu slendang yang di pakai bidadari tersebut. Dari kejadian yang di paparkan penulis tersebut bertentangan dengan  norma sosial  dan norma, karena tindakan tersebut termasuk perbuatan tidak baik atau bisa di sebut dengan tindakan menyimpang.
                Setelah akan kembali ke khayanga salah dari satu bidari mencari slendang yang dipakainya hilang dan di cari juga tidak di temukan, Jaka pun memberi baju kepada bidadari yang kehilangan slendang tersebut,sebut saja namanya Nawang wulan. Pemberian baju tersebut bermaksutkan untuk memperistri bidadari tersebut setelah ucapan yang di ujarkan Nawang Wulan  tersebut, jika yang memberikan baju dia laki-laki mak ia akan jadikan suami  jika dia wanita akan di jadikan saudara.perasaan senang yang di rasakan Jaka Tarup . seakan-akan hidup di dunia hanya di huni mereka berdua dengan kata lain perasaan jaka tarup berbunga-bunga.
                Setelah di jelaskan penulis bahwa  Jaka tarup tidak boleh membuka lumbung padi ,namun dengan penuh ingin tau maka Jaka Turub membuka lumbung padi yang berisikan sebutir padi .tanpa di sadari atau di ketahui bahwa istrinya,Nawang Wulan dapat merubah sebutir padi dapat menjadi jumlah nasi yang banyak.setelah di bukanya lumbung tersebut maka kekuatan  yang dimiliki Nawang Wulan hilang.setelah dibuka lesung padi tersebut ternyata ada slendang milik Nawang Wulan yang di sembunyikan suaminya tersebut. Setelah mengetahui itu semua Nawang Wulan kembali ke khayangan dan meninggalkan amak dan suaminya di bumi.
                Dalam penggambaran cerita di sebutkan Jaka Tarup merasa sedih dengan kejadian yang telah di lakukan yang membuat menderita,merana karena  ditinggal  seorang istri.dalam cerita ini menggambarkan kehidupan bahwa hasil dari berbohong hasilnya tidak akan bertahan lama/kekal.karena menanam  benih cinta dengan kebohongan maka akan bertahan lama.
                Dapat juga di katakan membangun sebuah pondasi dengan tanpa adanya semen sebagai perekat .maka perasaan Jaka tarup yang awalnya bahagia(berbunga-bunga) menjadi  sedih(menderita).itu yang di sebut manis dan pahitnya kehidupan,terkadang perasaan kita senang.akan tetapi perasaan senang itu dapat berubah menjadi sedih yang dapat membuat seseorang hilang kendali.
Balada sumarah
                Dalam cerita sumarah menceritakan seorang yang di tindas haknya hanya hal sepele yaitu salah pandang masyarakat dalam menilai sumarah dengan sebutan antek-antek pki/pengikut pki.maka hidup sumara di kucilkan dari masyarkat.setelah itu sumarah ingin mencari pekerjaan di negeri orang bermaksut agar hak-haknya di akui,maka pergilah ke negeri arap di sana ia bekerja sebagai pembantu dan ia juga tidak mendapat perlakuan selayaknya manusia pada umumnya .ia di siksa dan di injak-injak harga dirinya.
                Tidak sepatutnya kita sebagai manusia biasa memandang dengan orang dengan sebelah mata/kasad mata karena tidak semua yang di ucapkan/di tuduhkan kepada sumarah ataupun manusia seperti kita bernilai salah.
ti

               

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar