Nama :Agus
Prasetyo
Kelas :3D
Npm :15410153
Prodi :Pendidikan
Bahasa dan Sastra indonesia
Manis
dan Pahitnya Hidup
Teks
yang saya komentari disini adalah dari teman saya yang bernama Teguh,dengan
judul artikel mengulas teater Jaka Tarub.
Melihat
anterian yang begitu banyak dalam sepanjang jalan menuju tempat pementasan
teater, bertempatkan di gedung pusat lantai 7 Universitas PGRI semarang .
Antrean yang panjang membuat para penonton agak kecewa dengan panitia
penyelenggara teater tersebut. Karena jadwal yang di tentukan tidak sesuai
dengan apa yang di tentukan sebelumnya oleh panitia pelaksana dalam pelaksanaan
kegiatan di laksanakan oleh teater gema Universitas PGRI Semarang.
Seharusnya
keterlambatan tidak harus terjadi karena panitia bisa mengantisipasi dengan
penataan ruang sebelum acara itu dimulai dan persiapan para pemain dalam
berlatih dalam memainkan peran masing-masing tokoh. Tidak seharusnya penonton
kecewa dengan adanya kemunduran waktu yang di tentukan dalam pementasan teater tersebut.
Pendekoran
ruangan yang sangat menarik membuat penonton sangat antusias dengan pementasan
teater dipentaskan dalam suatu panggung
yang sangat sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada dalam tema dalam cerita dibawakan tersebut.
Dalam
opini yang diceritakan teman saya tersebut di jelaskan bahwa cerita jaka tarup
itu sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat, terutama pelajar. Dari alur cerita yang di jelaskan saya kurang
setuju dengan pendapat penulis karena bisa jadi masyarakat maupun pelajar ada
yang belum mengerti alur cerita Jaka Tarup. Hal ini saya sampaikan karena saya
sadar bahwa ada dalam masyarakat yang memiliki budaya membaca karena penyebaran dalam suatu cerita
bisa bersifat tertulis namun ada juga ada yang bersifat mendengarkan.
Dalam
hal ini membuat kurangnya wawasan akan cerita cerita yang di bawakan dalam
versi-versi tulis.sehingga wawasan yang sifatnya tertulis tidak dapat di terima
para masyarakat maupun pelajar untuk mengetahui wawasan yang di publikasikan
tertulis.
Dalam
pementasan teter Jaka Tarup ini,
diceritakan adanya intermeso atau
dapat di artikan dengan suatu selingan hiburan dalam kegiatan di laksanakan.
Apa yang dikatakan penulis bahwa intermeso yang di isi dengan perdebatan
para kandidat calon lurah dalam
melakukan kampanye dalam pelaksanaan terdapat beberapa perdebatan antara
kandidat calon lurah berupa kata-kata
lelucon semata, saya tidak setuju dengan adanya hiburan tersebut karena
presepsi orang yang belum mengerti alur cerita dalam Jaka Tarup akan di anggap
sebagai rangkaian cerita dalam cerita.
Rangakaian cerita di jelaskan
dalam sebuah rumah seorang perjaka yang bermimpi dengan seorang bidadari cantik
yang datang dari khayangan yang turun ke bumi sewaktu bulan pernama.saya
sendiri tidak percaya dengan mimpi yang di alami pemuda tersebut yang bernama
Jaka Tarup,menurut saya mimpi yang di
alaminya tersebut terlalu berlebihan,dan sulit di pahami dari logika manusia.
Dalam cerita yang diceritakan
bahwa ada bidadari turun kebumi dengan jumlah 7 bidadari dari khayangan turun
ke bumi dengan menggunakan slendang yang di pakai oleh masing-masing bidadari
di waktu bulan purnama datang. Dengan sembunyi-sembunyi Jaka Tarup mengetahui kejadian tersebut, di
waktu kesibukan para bidadari tersebut mandi di sungai Jaka menyusup
dan mencuri salah satu slendang yang di pakai bidadari tersebut. Dari
kejadian yang di paparkan penulis tersebut bertentangan dengan norma sosial
dan norma, karena tindakan tersebut termasuk perbuatan tidak baik atau
bisa di sebut dengan tindakan menyimpang.
Setelah akan kembali ke khayanga
salah dari satu bidari mencari slendang yang dipakainya hilang dan di cari juga
tidak di temukan, Jaka pun memberi baju kepada bidadari yang kehilangan
slendang tersebut,sebut saja namanya Nawang wulan. Pemberian baju tersebut
bermaksutkan untuk memperistri bidadari tersebut setelah ucapan yang di ujarkan
Nawang Wulan tersebut, jika yang
memberikan baju dia laki-laki mak ia akan jadikan suami jika dia wanita akan di jadikan saudara.perasaan
senang yang di rasakan Jaka Tarup . seakan-akan hidup di dunia hanya di huni
mereka berdua dengan kata lain perasaan jaka tarup berbunga-bunga.
Setelah di jelaskan penulis
bahwa Jaka tarup tidak boleh membuka
lumbung padi ,namun dengan penuh ingin tau maka Jaka Turub membuka lumbung padi
yang berisikan sebutir padi .tanpa di sadari atau di ketahui bahwa
istrinya,Nawang Wulan dapat merubah sebutir padi dapat menjadi jumlah nasi yang
banyak.setelah di bukanya lumbung tersebut maka kekuatan yang dimiliki Nawang Wulan hilang.setelah dibuka
lesung padi tersebut ternyata ada slendang milik Nawang Wulan yang di
sembunyikan suaminya tersebut. Setelah mengetahui itu semua Nawang Wulan
kembali ke khayangan dan meninggalkan amak dan suaminya di bumi.
Dalam penggambaran cerita di
sebutkan Jaka Tarup merasa sedih dengan kejadian yang telah di lakukan yang
membuat menderita,merana karena
ditinggal seorang istri.dalam
cerita ini menggambarkan kehidupan bahwa hasil dari berbohong hasilnya tidak
akan bertahan lama/kekal.karena menanam
benih cinta dengan kebohongan maka akan bertahan lama.
Dapat juga di katakan membangun
sebuah pondasi dengan tanpa adanya semen sebagai perekat .maka perasaan Jaka
tarup yang awalnya bahagia(berbunga-bunga) menjadi sedih(menderita).itu yang di sebut manis dan
pahitnya kehidupan,terkadang perasaan kita senang.akan tetapi perasaan senang
itu dapat berubah menjadi sedih yang dapat membuat seseorang hilang kendali.
Balada sumarah
Dalam
cerita sumarah menceritakan seorang yang di tindas haknya hanya hal sepele
yaitu salah pandang masyarakat dalam menilai sumarah dengan sebutan antek-antek
pki/pengikut pki.maka hidup sumara di kucilkan dari masyarkat.setelah itu
sumarah ingin mencari pekerjaan di negeri orang bermaksut agar hak-haknya di
akui,maka pergilah ke negeri arap di sana ia bekerja sebagai pembantu dan ia
juga tidak mendapat perlakuan selayaknya manusia pada umumnya .ia di siksa dan
di injak-injak harga dirinya.
Tidak
sepatutnya kita sebagai manusia biasa memandang dengan orang dengan sebelah
mata/kasad mata karena tidak semua yang di ucapkan/di tuduhkan kepada sumarah
ataupun manusia seperti kita bernilai salah.
ti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar