Jumat, 11 November 2016



Nama    : Agus Prasetyo
Kelas     : 3D
Npm      :15410153
Prodi     :Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semarak Perayaan Bulan Bahasa
                Bulan bahasa merupakaan suatu perayaan/pengukuhan bahasa sebagai penguat identitas nasional yang di rayakan di Universitas PGRI semarang khususnya fakultas Pendidikan Bahasa san Seni, yang di peringati leh masing-masing prodi yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,Pendidikan Bahasa Ingris,Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah.
                Suatu kegiatan rutinitas tahunan yang di lakukan oleh fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, kegiatan ini sangatlah memberi manfaat positif dan juga memberi pengalaman baru kepada para semua yang datang khususnya para mahasiswa.
                Adanya Bulan Bahasa ini merupakan wujud dari perayaan/pengukuhan bahasa khususnya pengukuhan Bahasa indonesia  sebagai bahasa nasional yang merupakan sualu identitas pemersatu kebenekaan, selain itu bahasa sebagai identitas bangsa indonesia yang tepatnya sebagai perayaan sumpah pemuda yang merupakan pengakuan bahasa indosia sebagai bahasa resmi/nasional yang  terjadi pada tanggal 28 0ktober 1928.
                Sebagai mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni ,saya merasa senang dan bangga dengan adanya pengukuhan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan saya  sangat antusias dengan adanya perayaan bulan bahasa ,karena kegiatan tersebut membuat kita mengerti pentingnya sebuah bahasa yang memertabatkan Bahasa dan Sastra dalam kebenekaan.
                Kalau di ceritakan sejarah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional yang tepatnya di sebut sumpah pemuda sangat panjang sejarahnya, namun kita hanya memahami dan antusias dengan perayaan Sumpah Pemuda sebagai  suatu wujud mengisi dan menghargai para perjuangan para pendahulu dalam pengukuhan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
                Dalam lingkungan kampus kegiatan Bulan Bahasa  yang di adakan di Balairung Universitas PGRI semarang merupakan suatu kegiatan yang di adakann Dekan Fakultas Bahasa dan Seni sebagai wujud peringatan ,namun selain itu juga di jadikan para mahasiswa sebagai wujud untuk penyegaran otak di tengah padatnya kuliah dan di tengah padatnya tugas dari dosen pengampu dari masing_masing mahasiswa.
                Semarak perayaan bulan bahasa yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sebelumnya ada lonba stand up comedi,lomba debat bahasa dengan 3 bahasa,adanya seminar bahasa yang di isi oleh ahli-ahli  bahasa yang di datangkan untuk mengisi seminar kebahasaan,serta upgris bersastra merupakan suatu ajang para pejabat struktur kampus membacakan sebuah puisi,dan di lanjutkan bedah buku dengan 3 buku, 3 pembaca , 3 kritikus dengan 1 pengarang.
                Suatu perayaan dengan konsep yang matang membuat kegiatan berlangsung dengan segala apresiasi yang bisa dikatakan hampir sempurna dalam pelaksanaanacara tersebut.
                Dalam puisi yang di bawakan Bapak Rektor membawakan sebuah puisi dengan judul “takziah”,kenapa judul puisi yang di bawakan dari pengarang Trianto Triokromo meriwayatkan kematian  dipilih dan bacakan dalam acara terebut,karena Bapak rektor meyakini bahwa kematian itu tidak di tentekan akan umur yang tua namun kematian merupakan kewenangan para pencipta.  Dari apa penjelasan di atas apa daya kita manusia hanya seorang makluk yang tak memiliki kemampuan mengetahui seberapa kita akan hidup ,maka janganlah lakukan kegiatan yang sekiranya tidak memiliki manfaat.
                Kemudian puisi yang sama dengan penyair yang sama namun dengan judul yang berbeda , dengan judul”SELIR MUSIK PANAS”.puisi dengan lirikan syair selir-selir tua menunggu .dari puisi yang di bawakan dengan intonasi yang dapat membawa para penonton terbawa suasana pembacaan puisi tersebut..
                Kegiatan bedah buku dengan 3 Buku, 3 kritikus, 3 pembaca dengan satu pengarang.dengan menghadirkan para 3 kritikus Dr. Nur Hidayat,Drs. S.prsetyo utomo,M.Pd ,m . Eko Putra,S.Pd.dengan di moderatori Dr.Harjito.dengan melihat para kritikus tersebut merupakan orang-orang intelrktual  tinggi.
                 Kritikus berpendapat bahwa penulis dalam hal ini Trianto triokromo ,di bandingkan dengan seorang  Gus Dur yang merupakan  memiki kecerdasan listas terbatas yang mana dapat di pelajari dengan pendekatan waliallah yang mana ini berkaitan dengan kecerdasan lintas terbatas memiliki arti bahwa semakin sulit bahasa yang di pakai maka tingkat bahasa yang di pakai semakin tinggi..
                Kritikus memberikan ulasan bahwa dalam hal berkaya penulis mendialogkan tokoh satu dengan tokoh yang lain.sehingga dalam hal ini ada keterkaitan antara karya satu dengan karya yang lainya dengan kata lain saling berkaitan.
                Di jelaskan pula mengenai buku  yang di kritik ini merupakan penguatan sejarah ,maksud penguatan sejarah di atas meemiliki makna bahwa buku yang di karang Trianto Triokromo menmbulkan kembali akan ceita sejarah yang dahulu ,contoh dari sejarah tersebut seperti sejarah    G 30S PKI.
                Hal ini menjadi suatu penyajian yang menarik akan suatu materi untuk di baca karena memberikan suatu pengatahuan berupa wawasan yang baru akan sejarah yang terjadi  di indonesia,dan itu merupakan suatu kenangan masa lalu yang pernah terjadi.
                 Kritikus mengatakan bahwa tugas manusia itu paling sulit,namun hal itu bertolak belakang dengan kenyataan yang ada bahwa hanyalah penyair yang sulit. Hal ini di buktikan dengan sedikitnya jumlah penyair. Hai ini tidak dapat di bantahkan dengan teori appun bahwa memang menjadi seorang penyair itu tidak mudah ,karena membutuhkan suatu pengimajinasi yang tinggi.
                Penyair mengatakan bahwa menjadi seoang penyair itu sam dengan seorang pemanjat kalapa/penjual kelapa.entah apa yang di maksudkan penyair tersebut.saya sebagai mahasiswa sastra menyadari bahwa untuk menjadi penyair hebat itu kita harus berusaha untuk belajar dengan orang yang lebih ahlinya.karena kita dapat belajar dari pengalaman penyair yang sudah mahir dalam berkarya.
                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar